BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang
telah memberikan kesehatan, kesmpatan, dan kekutan. Sehingga dengan
kenikmatan-Nya itu kami bisa menyelesaikan sebuah makalah yang diamanahkan
kepada kami oleh bapak dosen (Bpk. Haya Zabidi, S.Ag, M.Ag)
Shalawat
serta salam mudah-mudahan senantiasa Allah limpahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad saw beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa
menyebarkan ajarannya smpai hari kiamat nanti.
Dalam makalah ini kami mencoba untuk mengupas kandungan
surat An-Nahl : 43, Alkahfi : 60, dan 82. Yang mana bedasarkan Tafsir Al-Misbah
dan Al-Maraghi serta nilai pendidikan yang terkandung didalamnya. Mudah-mudahan
dengan hadirnya makalah kami ini, bisa membuka dan menambah wawasan kita
mengenai kandungan yang terdapat di dalam kalamullah, semoga pembaca maupun
pemakalah bisa mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. An-Nahl ayat 43
!$tBur $uZù=y™ö‘r& ÆÏB y7Î=ö6s% žwÎ) Zw%y`Í‘ ûÓÇrqœR öNÍköŽs9Î) 4 (#þqè=t«ó¡sù Ÿ@÷dr& Ìø.Ïe%!$# bÎ) óOçGYä. Ÿw tbqçHs>÷ès? ÇÍÌÈ
“ Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu,
kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah
kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,” ( An
nahl : 43)
Tarsir ayat
!$tBur $uZù=y™ö‘r& ÆÏB y7Î=ö6s% žwÎ) Zw%y`Í‘ ûÓÇrqœR öNÍköŽs9Î)
“Tidaklah kami mengutus para Rasul sebelummu kepada
umat-umat, untuk mengajak mereka agar mentauhidkan Aku dan melaksanakan
perintah-Ku,kecuali mereka itu adalah anak laki-lakidari bani Adam yang kami
wahyukan kepada mereka bukan para Malaika”t.
Ringkasan: Sesungguhnya kami tidak mengutus kepada
kaummu, kecuali seperti orang-orang yang pernah kami utus kepada umat-umat
sebelum mereka, yakni para Rasul dari jenis mereka dan berbuat seperti mereka
berbuat.
Adh-Dhahhak meriwayatkan ketika Allah mengutus Muhammad
SAW., orang-orang arab mengingkari pengutusan itu dan berkata, “ Allah
maha agung dari menjadikan utusan-Nya seorang m,anusia” maka Allah
menurunkan ayat:
tb%x.r& Ĩ$¨Z=Ï9 $·6yftã ÷br& !$uZø‹ym÷rr& 4’n<Î) 9@ã_u‘ öNåk÷]ÏiB ÷br& Í‘É‹Rr& }¨$¨Z9$#
“Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa
Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka: ‘Berilah peringatan
kepada manusia ". (yunus: 2)
4 (#þqè=t«ó¡sù Ÿ@÷dr& Ìø.Ïe%!$# bÎ) óOçGYä. Ÿw tbqçHs>÷ès?
Maka tanyalah kepada ahli kitab terdahulu diantara
orang-orang yahudi dan nasrani: apakah utusan yang diutus kepada mereka itu
manusia ataukah-malaikat? Jika
mereka malaikat silahkan kalian mengingkari Muhammad SAW. Tetapi jika mereka
ini manusia, jangan kalian ingkari dia.
Ada pun dalam tafsir al-misbah:
!$tBur $uZù=y™ö‘r& ÆÏB y7Î=ö6s% žwÎ) Zw%y`Í‘ ûÓÇrqœR öNÍköŽs9Î) 4 (#þqè=t«ó¡sù Ÿ@÷dr& Ìø.Ïe%!$# bÎ) óOçGYä. Ÿw tbqçHs>÷ès?
“Dan Kami tidak
mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada
mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu
tidak mengetahui”,( An-Nahl: 43)
Ayat ini menegaskan bahwa: Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu kepada umat manusia kapan dan
dimanapun, kecuali orang-orang lelaki yakni jenis manusia pilihan, bukan
malaikat yang Kami beri wahyu kepada mereka antara lain melalui malaikat
jibril; Maka wahai orang-orang yang ragu atau tidak tahu maka bertanyalah
kepada ahl-Dzikr yakni orang-orang yang berpengetahuan jika kamu tidak
mengetahui.
Thabathaba’i
berpendapat bahwa ayat ini menginformasikan bahwa dakwah keagamaan dan risalah
kenabian adalah dakwah yang disampaikan oleh manusia biasa yang mendapat Wahyu
dan bertugas mengajak manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Tidak
seorang Rasul pun, tidak juga kitab suci yang menyatakan bahwa risalah keagaan
berarti nampaknya kekuasaan Allah yang goib lagi mutlak atas segala sesuatu.
Tidak pernah ada pernyataan semacam itu,sehingga kaum musrikin tidak wajar
berkata: jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak menyembah sesuatu apapun
selain Dia.
Disisi lain bertanya kepada ahl al-kitab yang dalam ayat
ini mereka di gelari ahl adz-dzikr menyangkut apa yang tidak diketahui,
selama mereka dinilai berpengetahuan dan objektif, menunjukan betapa Islam sangat
terbuka dalam perolehan pengetahuan. Memang seperti sabda Nabi Saw: “Hikmah
adalah sesuatu yang didambakan seorang mukmin, dimanapun dia menemukanya, maka
dia yang lebih wajar mengambilnya” itu semua merupakan landasan untuk
menyatakan bahwa ilmu dalam islam bersifat universal, terbuka serta manusiawi
dalam arti harus dimanfaatkan untuk kemaslahatan seluruh manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar