Cari Blog Ini

Sabtu, 25 Mei 2013

Tafsir Tarbawi An-Nahal Ayat 43



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan kesehatan, kesmpatan, dan kekutan. Sehingga dengan kenikmatan-Nya itu kami bisa menyelesaikan sebuah makalah yang diamanahkan kepada kami oleh bapak dosen (Bpk. Haya Zabidi, S.Ag, M.Ag)
 Shalawat serta salam mudah-mudahan senantiasa Allah limpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa menyebarkan ajarannya smpai hari kiamat nanti.
Dalam makalah ini kami mencoba untuk mengupas kandungan surat An-Nahl : 43, Alkahfi : 60, dan 82. Yang mana bedasarkan Tafsir Al-Misbah dan Al-Maraghi serta nilai pendidikan yang terkandung didalamnya. Mudah-mudahan dengan hadirnya makalah kami ini, bisa membuka dan menambah wawasan kita mengenai kandungan yang terdapat di dalam kalamullah, semoga pembaca maupun pemakalah bisa mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.


BAB II

PEMBAHASAN
A.    An-Nahl ayat 43
!$tBur $uZù=yör& ÆÏB y7Î=ö6s% žwÎ) Zw%y`Í ûÓÇrqœR öNÍköŽs9Î) 4 (#þqè=t«ó¡sù Ÿ@÷dr& ̍ø.Ïe%!$# bÎ) óOçGYä. Ÿw tbqçHs>÷ès? ÇÍÌÈ  
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,” ( An nahl : 43)
Tarsir ayat
!$tBur $uZù=yör& ÆÏB y7Î=ö6s% žwÎ) Zw%y`Í ûÓÇrqœR öNÍköŽs9Î) 

“Tidaklah kami mengutus para Rasul sebelummu kepada umat-umat, untuk mengajak mereka agar mentauhidkan Aku dan melaksanakan perintah-Ku,kecuali mereka itu adalah anak laki-lakidari bani Adam yang kami wahyukan kepada mereka bukan para Malaika”t.
Ringkasan: Sesungguhnya kami tidak mengutus kepada kaummu, kecuali seperti orang-orang yang pernah kami utus kepada umat-umat sebelum mereka, yakni para Rasul dari jenis mereka dan berbuat seperti mereka berbuat.
Adh-Dhahhak meriwayatkan ketika Allah mengutus Muhammad SAW., orang-orang arab  mengingkari pengutusan itu dan berkata, “ Allah maha agung dari menjadikan utusan-Nya seorang m,anusia” maka Allah menurunkan ayat:
tb%x.r& Ĩ$¨Z=Ï9 $·6yftã ÷br& !$uZøym÷rr& 4n<Î) 9@ã_u öNåk÷]ÏiB ÷br& ÍÉRr& }¨$¨Z9$#  
“Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka: ‘Berilah peringatan kepada manusia ". (yunus: 2)
4 (#þqè=t«ó¡sù Ÿ@÷dr& ̍ø.Ïe%!$# bÎ) óOçGYä. Ÿw tbqçHs>÷ès? 
Maka tanyalah kepada ahli kitab terdahulu diantara orang-orang yahudi dan nasrani: apakah utusan yang diutus kepada mereka itu manusia ataukah-malaikat? Jika mereka malaikat silahkan kalian mengingkari Muhammad SAW. Tetapi jika mereka ini manusia, jangan kalian ingkari dia.
Ada pun dalam tafsir al-misbah:
!$tBur $uZù=yör& ÆÏB y7Î=ö6s% žwÎ) Zw%y`Í ûÓÇrqœR öNÍköŽs9Î) 4 (#þqè=t«ó¡sù Ÿ@÷dr& ̍ø.Ïe%!$# bÎ) óOçGYä. Ÿw tbqçHs>÷ès?
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”,( An-Nahl: 43)
Ayat ini menegaskan bahwa: Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu kepada umat manusia kapan dan dimanapun, kecuali orang-orang lelaki yakni jenis manusia pilihan, bukan malaikat yang Kami beri wahyu kepada mereka antara lain melalui malaikat jibril; Maka wahai orang-orang yang ragu atau tidak tahu maka bertanyalah kepada ahl-Dzikr yakni orang-orang yang berpengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
Thabathaba’i berpendapat bahwa ayat ini menginformasikan bahwa dakwah keagamaan dan risalah kenabian adalah dakwah yang disampaikan oleh manusia biasa yang mendapat Wahyu dan bertugas mengajak manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Tidak seorang Rasul pun, tidak juga kitab suci yang menyatakan bahwa risalah keagaan berarti nampaknya kekuasaan Allah yang goib lagi mutlak atas segala sesuatu. Tidak pernah ada pernyataan semacam itu,sehingga kaum musrikin tidak wajar berkata: jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak menyembah sesuatu apapun selain Dia.
Disisi lain bertanya kepada ahl al-kitab yang dalam ayat ini mereka di gelari ahl adz-dzikr menyangkut apa yang tidak diketahui, selama mereka dinilai berpengetahuan dan objektif, menunjukan betapa Islam sangat terbuka dalam perolehan pengetahuan. Memang seperti sabda Nabi Saw: “Hikmah adalah sesuatu yang didambakan seorang mukmin, dimanapun dia menemukanya, maka dia yang lebih wajar mengambilnya”  itu semua merupakan landasan untuk menyatakan bahwa ilmu dalam islam bersifat universal, terbuka serta manusiawi dalam arti harus dimanfaatkan untuk kemaslahatan seluruh manusia.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar