Cari Blog Ini

Sabtu, 25 Mei 2013

Surah An-Nahl Tafsir Tarbawi



BAB I
PEMBAHASAN
A.    Surah An-Nahl Ayat 125
1.      Ayat
äí÷Š$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7­/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ  
2.      Terjemah ayat
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
3.      Penjelasan ayat
äí÷Š$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr&
Hai rasul, seluruh orang yang kau di utus kepada mereka dengan cara, menyeru mereka kepada syari`at yang telah digariskan Allah bagi makhluknya melalui wahyu yang diberikan kepadamu, dan memberi mereka peringatan dan pelajaran yang diletakan dalam kitab-Nya sebagai Hujjah atas mereka, serta selalu di ingatkan kepada mereka, seperti diulang-ulang dalam surat ini. Dan bantahlah mereka dengan bantahan yang lebih baik daripada banthan lainnya, seperti memberi maaf kepada mereka jika mereka mengetori kehormatanmu, serta bersikaplah lemah lembut terhadap mereka dengan menyampaikan kata-kata yang baik, sebagaimana firman Allah di dalam ayat lain:
* Ÿwur (#þqä9Ï»pgéB Ÿ@÷dr& É=»tGÅ6ø9$# žwÎ) ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& žwÎ) tûïÏ%©!$# (#qßJn=sß óOßg÷YÏB (
Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan Katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada Kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan Kami dan Tuhanmu adalah satu; dan Kami hanya kepada-Nya berserah diri".
Yang dimaksud dengan orang-orang yang zalim Ialah: orang-orang yang setelah diberikan kepadanya keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan dengan cara yang paling baik, mereka tetap membantah dan membangkang dan tetap menyatakan permusuhan.
¨bÎ) y7­/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/
Sesungguhnya Tuhanmu, hai rasul, lebih mengetahui tentang orang yang menyimpang dari jalan yang lurus di antara orang-orang yang berselisih tentang hari Sabtu dan lainnya, serta lebih mengetahui tentang siapa di antara mereka yang menempuh jalan lurus dan benar. Dia akan memberi balasan kepada mereka semua, ketika mereka kembali kepada-Nya, sesuai dengan hak mereka masing-masing.
Gunakanlah metode terbaik dalam berdakwah dan berebat, yaitu berdakwah dengan cara yang terbaik. Itulah kewajibanmu. Ada pun pemberian petunjuk dan penyesatan, serta pembalasan atas keduanya, diserahkan kepada-Nya semata, bukan kepada selainnya. Sebab, Dia lebih mengetahui tentang keadaan orang yang tidak mau meninggalkan kesesatan kerena ihktiarnya yang buruk, dan tentang keadaan orang yang mengikuti petunjuk karena dia memiliki kesiapan yang baik. Apa yang digariskan Allah untukmu di dalam berdakwah, itu lah yang dituntut oleh hikmah, dan itu telah cukup untuk memberikan petunjuk kepada orang-orang yang mengikuti petunjuk, serta mehilangkan uzur orang-orang yang sesat.
Allah menyuruh rasul-Nya berdakwah, dan menjelaskan metodenya. Dakwah itu mengundang perintah kepada mereka untuk meninggalkan agama bapak-bapak dan nenek moyang mereka, serta menghukumkan mereka dengan sesat dan kafir. Hal ini mendorong sebagian besat mereka untuk menganiaya da`i, baik dengan membunuh, mau pun memukul, atau pun mencaci makinya. Dengan tabi`atnya da`i pun terdorong membalas penganiayaan orang-orang bodoh itu, kadang  dengan membunuh, kadang dengan memukul. Atas dasar ini, tak pelak lagi Allah  menyuruh orang-orng yang menegakkan kebenaran untuk tetap memelihara keadilan di dalam meberi balasan dan tidak melebihkannya.
B.     Surah Al-`Araf 176-177
1.      Ayat
öqs9ur $oYø¤Ï© çm»uZ÷èsùts9 $pkÍ5 ÿ¼çm¨ZÅ3»s9ur t$s#÷zr& n<Î) ÇÚöF{$# yìt7¨?$#ur çm1uqyd 4 ¼ã&é#sVyJsù È@sVyJx. É=ù=x6ø9$# bÎ) ö@ÏJøtrB Ïmøn=tã ô]ygù=tƒ ÷rr& çmò2çŽøIs? ]ygù=tƒ 4 y7Ï9º©Œ ã@sVtB ÏQöqs)ø9$# šúïÏ%©!$# (#qç/¤x. $uZÏG»tƒ$t«Î/ 4 ÄÈÝÁø%$$sù }È|Ás)ø9$# öNßg¯=yès9 tbr㍩3xÿtFtƒ ÇÊÐÏÈ   uä!$y ¸xsWtB ãPöqs)ø9$# z`ƒÏ%©!$# (#qç/¤x. $uZÏG»tƒ$t«Î/ öNåk|¦àÿRr&ur (#qçR%x. tbqãKÎ=ôàtƒ ÇÊÐÐÈ  
2.      Terjemah
Dan kalau Kami menghendaki, Sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi Dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.
Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim.
3.      Penjelasan Ayat
öqs9ur $oYø¤Ï© çm»uZ÷èsùts9
Kalau kami kehendaki agar orang itu kami angkat dengan ayat-ayat kami tersebut dan dengan mengamalkannya kepada derajat-derajat kesempurnaan dan pengetahuan, bisa saja itu kami lakukan. Yaitu kami buat petunjuk itu menjadi wataknya benar-benar, dan kami buatkan dia mesti mengamalkannya, baik dengan suka hati atau pun terpaksa. Karena bagi kami itu pun tidak sukar. Hanya saja itu bertentangan dengan sunnah kami.
ÿ¼çm¨ZÅ3»s9ur t$s#÷zr& n<Î) ÇÚöF{$# yìt7¨?$#ur çm1uqyd
Akan tetapi, orang itu cenderung dan lebih condong kepada dunia, dan seluruh perhatian dalam hidupnya dia arahkan untuk menikmati kelezatan-kelezatan jasmani, dan tidak ia arahkan kepada  kidupan ruhani sama sekali, namun tak puas-puas juga. Akhirnya hilanglah perhatian kami sama sekali untuk memikirkan ayat-ayat kami yang telah kami berikan kepadanya.
Sudah menjadi sunnatullah pada manusia, bahwa dia memberi kebebasan padanya untuk memilih sendiri amalnya yang dia punya kesiapan untuk melakukannya sesuai dengan fitrahnya. Supaya balasan yang akan diberikan kepadanya sesuai dengan apa yang dilakukan oleh tangannya, baik berupa amal baik atau amal buruk, dan agar Allah menguji dia tentang perhiasan dan kenikmatan yang telah dia ciptakan di atas bumi, sebagaimana firman –Nya:
$¯RÎ) $oYù=yèy_ $tB n?tã ÇÚöF{$# ZpoYƒÎ $ol°; óOèduqè=ö7oYÏ9 öNåkšr& ß`|¡ômr& WxyJtã ÇÐÈ  
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.
Kemudian tiap orang dari mereka itu mengarah kepada suatu tujuan yang disukainya. Arah itu dia pilih sebagai suatu tujuan, sesuai bagat dan kecendrungan nalurinya, sebagaimana firman Allah :
`¨B tb%x. ߃̍ムs's#Å_$yèø9$# $uZù=¤ftã ¼çms9 $ygŠÏù $tB âä!$t±nS `yJÏ9 ߃̍œR ¢OèO $oYù=yèy_ ¼çms9 tL©èygy_ $yg8n=óÁtƒ $YBqãBõtB #Yqãmô¨B ÇÊÑÈ   ô`tBur yŠ#ur& notÅzFy$# 4Ótëyur $olm; $yguŠ÷èy uqèdur Ö`ÏB÷sãB y7Í´¯»s9'ré'sù tb%Ÿ2 Oßgã÷èy #Yqä3ô±¨B ÇÊÒÈ   yxä. ÏJœR ÏäIwàs¯»yd ÏäIwàs¯»ydur ô`ÏB Ïä!$sÜtã y7În/u 4 $tBur tb%x. âä!$sÜtã šÎn/u #·qÝàøtxC ÇËÉÈ  
18. Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), Maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam Keadaan tercela dan terusir.
19. dan Barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, Maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.
20. kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu[849] Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi.(Al-isra 18-20

[849] Yang dimaksud baik golongan ini maupun golongan itu ialah mereka yang tersebut dalam ayat 18 dan 19 di atas.
Dan juga menjadi sunnah Ilahi, bahwa kecenderungann manusia terhadap keinginan-keinginan hawa nafsu dalam setiap perbuatannya tanpa perduli apa faedahnya, semua itu akan menyesatkan dari jalan yang mengantarkan dia kepada jalan yang sesat menjerumuskan kepada kehancuran.
¼ã&é#sVyJsù È@sVyJx. É=ù=x6ø9$# bÎ) ö@ÏJøtrB Ïmøn=tã ô]ygù=tƒ ÷rr& çmò2çŽøIs? ]ygù=tƒ
Sesungguhnya orang ini, dengan sifat seperti itu, dia bagaikan anjing dalam kelakuannya yang terburuk dan paling hina. Kerena dengan lebih condong dan cenderung kepada dunia dan mempertaruhkan hawa nafsunya, maka orang itu pun menjadi makhluk yang terburuk dan paling hina. Kerena dia senantiasa ingin dan tak mau berhenti, sibuk ingin mengumpulkan kekayaan duniawi dan kemewahan-kemewahannya, dari yang sekecil-kecilnya sampai sebesar-besarnya, bagaikan budak-budak nafsu dan penyembah harta. Anda lihat dari seorang yang menjulurkan lidahnya kerena kepayahan dan letih, sekalipun apa yang dia cari itu barang yang hina, yang tak perlu keletihan dan memayahkan. Dan anda lihat, setiap kali dia memperoleh keluasaan dan kemudahan duniawi, maka semakin bertambah rakusnya terhadap dunia.
y7Ï9º©Œ ã@sVtB ÏQöqs)ø9$# šúïÏ%©!$# (#qç/¤x. $uZÏG»tƒ$t«Î/
Contoh yang sangat ganjil itu adalah perumpamaan dari kaum yang ingkar terhadap ayat-ayat Kami da angkuh untuk menerimanya, baik kerana bodohnya ayat-ayat itu atau kerena taklid kepada bapak-bapak atau moyang mereka. Mereka menyangka, kalau mereka beriman kepada ayat-ayat itu, maka mereka akan kehilangan pamor dan jatuh derajat mereka, bahkan tidak lagi mendapatkan kelezatan-kelezatan yang mereka nikmati. Sehingga hal itu menjadi penghalang bagi mereka untuk memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan pernuh pemikiran dan pembuktian. Kalau mereka memandang kepada ayat-ayat Allah dari sudut yang mencengangkan mereka, yakni tidak dapatnya mereka menikmati kelezatan-kelezatan  dan keinginan-keinginan nafsu dan lain-lain, termasuk mengakui kesesatan nenek moyang dan yang terdahulu mereka, maka alangakah persisnya keadaan mereka dengan meteka yang diberi pengatahuan tentang ayat-ayat Allah, tetapi melepaskan diri kepadanya. Kekeliruan tidak lah terletak apada ayat Alah, bahkan dia sendirilah yang keliru, mengapa dia menurutkan hawa nafsunya sehingga mereka tidak dapat mengambil manfaat dari ayat tersebut.
ÄÈÝÁø%$$sù }È|Ás)ø9$# öNßg¯=yès9 tbr㍩3xÿtFtƒ
maka ceritakanlah wahai rasul yang mulia, kisah-kisah orang yang keadaannya menyerupai keadaan mereka, yang mendustakan ayat-ayat yang terang yang kamu bawa. Dengan kisah-kisah itu diharapkan mereka mau memikirkannya, sehingga keadaan mereka yang buruk dan lama memperhatikan dan berpikir dengan pikiran yang jernih tentang keadaan mereka sendiri, dan mau memandang ayat-ayaat Allah denagn mata hatinya, bukan dengan mata nafsu dan sikapnya yang bermusuhan.
Pada ayat di atas, terdapat isyarat, betapa besar pemberian perumpamaan-perumpamaan seperti tersebut di atas, dalam memberi keputusan hati, dan bahwa pengaruhnya lebih kuat daripada sekedar memberi alasan-alasan dan bukti-bukti tanpa dibarengi dengan perumpamaan-perumpamaan. Di samping terdapat pada ayat tersebut suatu isyarat betapa besar isyarat berfikir, dan bahwa berfikir itu adalah prinsip ilmu dan jalan yang akan menyampaikan kepada kebenaran. Dan oleh kaena itu, Allah menganjurkan kepada kkita untuk berpikir diberbagai tempat, sebagaimana firmannya:
4 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºsŒ ;M»tƒUy 5Qöqs)Ïj9 tbr㍩3xÿtGtƒ ÇÌÈ  
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (Ar-Ra`ad ayat 3).


4 y7Ï9ºxx. ã@Å_ÁxÿçR ÏM»tƒFy$# 5Qöqs)Ï9 tbr㍤6xÿtGtƒ ÇËÍÈ  
Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir.(Yunus 24)
uä!$y ¸xsWtB ãPöqs)ø9$# z`ƒÏ%©!$# (#qç/¤x. $uZÏG»tƒ$t«Î/ öNåk|¦àÿRr&ur (#qçR%x. tbqãKÎ=ôàtƒ
Amat buruklah orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami dan kepada diri mereka sendiri berbuat zalim. Dan betapa jelek perumpamaan mereka dalam berbagai perumpamaan. Karena mereka berpaling dari memikirkan ayat-ayat kami, dan hanya memandang padanya dengan pandangan permusuhan dan kebencian. Dengan perbuatan mereka seperti itu, mereka sebenarnya malah menganiaya diri mereka sendiri, karena mereka mengharamkan diri mereka untuk mengamalkan ayat-ayat tersebut dan menjadikannya jalan yang akan menyampaikan mereka kepada bahagian-bahagian du dunia dan akhirat.
Al-Qur`an tidak menyebutkan nama siapa yang dijadikan perumpamaan, dari bangsa apa dan dari negara mana, begitu pula dalam hadist shahih, tidak ada keterangan mengenai itu. Maka dalam memberi nasihatm kita tidak perlu menerangakan siapa namanya, sekalipun tafsir yang berdasarkan astar (tafsir bil ma`sur) para perawinya meeriwayatkan banyak riwayat tentang siapa orang yang dimaksud.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar