BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam pendidikan Islam evaluasi merupakan salah
satu komponen dari system pendidikan Islam yang harus dilaksanakan secara
sistematis dan terencana sebagai alat untuk mengukur keberhasilan atau terget
yang akan dicapai dalam proses pendidikan Islam dan proses pembelajaran.
B.
Tujuan Penulisan
-
Memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen
pembimbing
-
Menembah khajanah ilmu pengetahuan khusunya
dibidang pendidikan Islam
C.
Rumusan Masalah
-
Mengetahui pengertian evaluasi
-
Mengetahui fungsi evaluasi
-
Mengetahui prinsip evaluasi
-
Mengetahui jenis-jenis evaluasi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Evalusi
1.
Secara Etimologi
Evaluasi berasal dari kata: Evaluation akar katanya value yang
berarti nilai atau harga. Nilai dalam bahasa Arab disebut Al-Qimah atau Al-Taqdir.
Dengan demikian secara harfiah, evaluasi pendidikan al-taqdir al-tarbawi dapat
diartikan sebagai penilaian dengan (bidang) pendidikan atau penilaian mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.
Istilah nilai (valuel al-qimah) pada
mulanya dipopulerkan oleh folosof dan Plato yang pertama kali mengemukakannya.
Pembahasan “nilai” secara khusus diperdalam dalam diskusus filsafat, terutama
pada aspek aksiologisnya. Kata nilai menurut pengertian filosof pengertiannya
adalah “idea of wold”. Selanjutnya kata nilai menjadi populer, bahkan
menjadi istilah yang ditemukan dalam
dunia ekonomi, kata nilai biasanya dupautkan denganharga.
2.
Secara Termenologi
Para ahli mendevinisikan evaluasi sebagai berikut:
a.
Menurut Edwind Wandt, evaluasi mengandung
pengertian: suatu tindakan atau proses dalam menentukan nilai sesuatu.
b.
Menurut M. Chabib Thoha, evaluasi merupakan
kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan objek dengan menggunakan
instrument dan hasil dibidangkan dengan tolak ukur memperoleh kesimpulan.
Dengan demikian evaluasi bukan sekedar menilai
suatu aktivitas secara spontan dan incidental, melainkan merupakan kegiatan
untuk menilai sesuatu secara terencana, sitematik, dan berdasarkan atas tujuan
yang jelas.[1]
3.
Evaluasi Pendidikan
Menurut lembaga Pendidikan Administrasi Negara batasan mengenai evaluasi
pendidikan adalah sebagai berikut:
a.
Proses atau kegiatan untuk menentukan kemajuan
pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah ditemukan.
b.
Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan
balik bagi penyempurnaan pendidikan.
Bertitik tolak dari uraian di atas, dapat
dikembangkan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengempulan data untuk
memperoleh sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaiman tujuan pendidikan sudah
dicapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya. Definisi yang lebih
luas dikemukakan oleh ahli lain, yaitu Cronbach dan Stufrlebean bahwa proses
evaluasi bukan hanya sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi
digunakan dalam membuat suatu keputusan.[2]
4.
Evaluasi Pendidikan Islam
Kalau kita kaitkan dengan pengertian evaluasi
pendidikan dengan pendidikan Islam, maka evaluasi itu suatu kegiatan untuk
menentukan taraf kemajuan suatu kegiatan untuk menentukan suatu taraf kemajuan
suatu perkerjaan di dalam pendidikan Islam, Al-Wahab menyatakan bahwa evaluasi
atau taqwim itu adalah sekumpulan kegiatan-kegiatan pendidikan yang
menentukan atas suatu perkara untuk mengetahui tercapainya tujuan akhir
pendidikan dan pengajaran sesuai dengan program-program pelajaran yang beraneka
ragam. Sedangakan daftar hasil kegiatan pada waktu itu berupa kelemahan-kelemahan dan
kelebihan-kelebihan, evaluasi menitik beratkan pada proses pendidikan dan
pengajaran peletakannya berupa catatan-catatan latihan dan juga pertemuan tatap
muka.
Evaluasi dalam pendidikan Islam merupakan cara
atau teknik penilaian terhadap tingkah laku
manusia didik berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprehensif
dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental psikologis dan spiritual-relegius,
karena manusia yang hasil didikan Isalam
bukan hanya saja menjadi sosok pribadi yang tidak bersikap relegius,
melainkan juga berilmu dan berketerampilan yang sanggup dan berbakti kepada
Tuhan dan masyarakatnya.
Sasaran-sasaran dari pendidikan Islam secara garis
besar meliputi empat kemampuan dasar menusia-didik yaitu:
1.
Sikap dan pengalaman terhadap arti bubungan
pribadi dengan Tuhannya.
2.
Sikap dan pengalaman terhadap arti hubugan
kehidupan dengan masyarakat.
3.
Sikap dan
pengalaman terhadap arti hubungan kehidupan dengan alam sekitarnya.
4.
Sikap dan padangan terhadap diri sendiri selaku
hamba Allah da selaku anggota masyarakat dan selaku khalifah di muka bumi
(sebagai pemukiman di lingkungan hidup).
Sasaran-saran evaluasi tersebut dirumuskan
kedalam item-item pertanyaan atau statement-statement yang disajikan kepada
manusia didik untuk ditanggapi. Hasil dari tanggapan mereka kemudian dianalisis
secara psikologis, karena yang menjadi pokok persoalan evaluasi adalah sifat
mental dan pandangan dasar dari mereka sebagai manifestasi dari keimanan dan
ke-Islaman seta keilmuan-pengetahuannya.
B. Sistem Evaluasi
yang dterapkan Allah
Allah SWT. Memberitahukan kepada kita
melalui firman-Nya dalam Al-Qur`an bahwa pekerjaan evaluasi terhadap manusia
didik adalah suatu tugas penting dalam rangkaian proses pendidikan yang telah
dilaksanakan eloh pendidik. Ada tiga tujuan paedagogis dari sistem evaluasi
Tuhan terhadap perbuatan manusia yaitu:
1.
Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman
terhadap berbagai macam problema kehidupan yang dialami.
2.
Untuk mengetahui sampai di mana atau sejauh mana
hasil pendidikan wahyu yang telah diterapkan Rasulullah terhadap umatnya.
3.
Untuk menentukan klasifikasi atau
tingkatan-tingkatan hidup ke-Islaman atau ke-Imanan manusia, sehingga diketahui
manusia yang paling mulia di sisi Allah yaitu yang peling bertaqwa kepada-Nya,
manusia yang sedang dalam iman dan ketaqwaannya dan manusia ingkar kepada
ajaran Islam.
Sebagai contoh
sistem evaluasi Tuhan terhdap menusia yang menghadapi berbagai kesulitan hidup,
adalah firman-Nya dalam surah Al-Baqaroh:155 sebagai berikut:
Nä3¯Ruqè=ö7oYs9ur &äóÓy´Î/
z`ÏiB Å$öqsø:$#
Æíqàfø9$#ur <Èø)tRur
z`ÏiB ÉAºuqøBF{$# ħàÿRF{$#ur ÏNºtyJ¨W9$#ur
3 ÌÏe±o0ur úïÎÉ9»¢Á9$# ÇÊÎÎÈ
155. dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar.
Sasaran evaluasi dengan teknik testing
tersebut adalah ketahanan mental iman dan taqwa kepada Allah. Jika ternyata
mereka tahan terhadap uji coba Tuhan, mereka akan mendpatkan segala kegembiraan
dalam segala bentuk, terutama kegembiraan yang bersifat mental-rohaniyah. Seperti kelapangan dada, ketegaran dada,
ketegaran hati, terhindar dari putus asa, kesehatan jiwa, dan kegembiraan yang
paing tinggi nilainya ialah mendapatkan tiket masuk surga.[3]
Sistem evalusai yang mengetahui apakah
bersukur ataupun kufur terhadap Tuhan, sebagaimana firmannya:
tA$s%
#x»yd
`ÏB È@ôÒsù
În1u
þÎTuqè=ö6uÏ9
ãä3ô©r&uä
÷Pr&
ãàÿø.r&
( `tBur ts3x©
$yJ¯RÎ*sù ãä3ô±o
¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 ( `tBur
txÿx.
¨bÎ*sù
În1u
@ÓÍ_xî
×LqÌx. ÇÍÉÈ
Ia pun
berkata: "Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku Apakah aku
bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan Barangsiapa yang bersyukur
Maka Sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan
Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha
Mulia". (An-Naml: 40).
Nabi
Sulaiman pernah meevaluasi kejujuran seekor burung hud-hud yang memberitahukan
tentang adanya kerajaan yang diperintah oleh seorang raja wanita cantik, yang
dikisahkan dalam Al-Qur`an sebagai berikut:
* tA$s%
ãÝàZoYy |Mø%y|¹r&
÷Pr&
|MYä. z`ÏB
tûüÎ/É»s3ø9$#
ÇËÐÈ
Berkata Sulaiman: "Akan Kami
lihat, apa kamu benar, ataukah kamu Termasuk orang-orang yang berdusta.
Tuhan memberikan contoh sistem evaluasi
seperti difirmankan dalam kitab suci-Nya, yang sasarannya adalah untuk
mengetahui dan menilai sejumlah mana kadar iman, taqwa, ketahanan mental dan
ketaguhan hati serta kesedihan menerima ajakan Tuhan untuk mentaati dan mematuhi
segala perintah dan larangan-Nya kemudian setelah dinilai, maka Tuhan menetapkan kriteria-kriteria derajat kemulian
hamba-Nya. Bagi yang berderajat disisi-Nya. Dia akan memberi hadiah atau pahala
sesuai kehendak-Nya yang berpuncak pada pahala tertinggi yaitu surga. Dan yang
berderajat rendah kerena ingkar terhdap ajakan-Nya, maka Dia akan memnerikan
balasan siksa, dan siksa teringgi adalah neraka.[4]
Jika dilihat
dari teori taksonomi Benjamin S. Bloom, maka jelaslah bahwa yang dijadikan
sasaran evaluasi Tuhan dan Nabi meletakan tekanan masing-masing sasarannya
sebagai berikut:
1.
Evaluasi Tuhan
lebih menitik beratkan pada sikap, perasaan dan pengetahuan manusia seperti
iman da kekafiran, ketaqwaan dan kefajiran (kognitif-efektif).
2.
Evaluasi Nabi
sebagai pelaksanaan perintah Tuhan sesuai wahyu yang diturunkan kepada beliau
lebih menitik beratkan pada kemampuan dan kesediaan manusia mengalkan
ajaran-Nya, dimana faktor psikomotorik menjadi tenaga penggeraknya, disamping
itu faktor kognitif juga menjadikan sasarannya.
C.
Fungsi
Evaluasi
Kalau dillihat
prinsip evaluasi dalam Al-Qur`an dan praktek yang dilakukan oleh Rasulullah
SAW. maka evaluasi berfungsi sebagai berikut:
1.
Untuk menguji
daya kemempuan manusia beriman terhadap
beberpa problem kehidupan yang dihdapi.
2.
Untuk
mengetahui sejauh mana atau sampai dimana hasil pendidikan wahyu yang telah
diaplikaskan Raulullah SAW kepada umatnya.
Setiap perbuatan yang tindakanya dalam pendidikan selalu
dikehendaki hasil. Pendidikan selalu berharap bahwa hasil yang diperoleh sekarang
lebih memuaskan dari hasil yang diperoleh sebelumnya. Untuk menentukan dan
membandingkan antara satu hasil dengan hasil lainnya diperlukan adanya
ecaluasi.
Seorang pendidik melakukan evaluasi disekolah mempunyai
sebagai berikut:
a.
Untuk
mengetahui peserta didik yang mana yang terpandai dan terbodoh dikelasnya.
b.
Untuk
mengetahui apakah bahan yang telah diajarkan sudah dimiliki oleh peserta didik
atau belum.
c.
Untuk
mendorong persaingan yang sehat antara sesama peserta didik.
d.
Untuk
mengetahui kemajua dan perkembangan peserta didik setelah mengalami didikan dan
ajaran.
e.
Untuk
mengetahui tepat atau tidaknya guru dalam memilih bahan, metode, dan berbagai
peyesuaian dalam kelas.
f.
Sebagai
laporan terhadap orang tua peserta didik dalam bentuk rapor izajah, pagam dan
sebagainya.[5]
D.
Prinsip
Evaluasi
1.
Prinsip Umum
Agar evaluasi dapat akurat dan bermanfaat bagi peserta
didik dan masyarakat, maka evaluasi harus menerapkan beberapa prinsip-prinsip
umum sebagai berikut:
a.
Valid
Evaluasi
mengukur apa yang harusnya diukur dengan menggunakan jenis tes yang terpercaya
dan shahih. Artinya, adanya kesesuaian alat ukur da fungsi pengukuran dan
sasaran pengukuran. Apabila alat ukur tidak memiliki keshahihan yang dapat
dipertanggung jawabkan maka data yang dihasilkan juga salah dan juga kesimpulan
yang ditarik menjadi salah.
b.
Berorientasi
terhadap kompetensi
Evaluasi harus
memiliki pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi seperangakat
pengetahuan, sikap keterampilan dan nilai yang terefleksi dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak. Dengan berpijak pada kompetensi ini maka, ukuran-ukuran
keberhasilan akan dapat diketahui secara jelas dan terarah.
c.
Berkelanjutan
Evaluasi harus
dilakukan terus-menerus dari waktu kewaktu untuk mengetahui secara menyeluruh
perkembangan peserta didik, serta kegiatan dan unjuk kerja peserta didik dapat
dipantau memalui penilain.
d.
Menyeluruh
Evaluasi harus
dilakukan secara menyeluruh, yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik dan meliputi seluruh meteri ajar serta berdasarkan strategi dan
prosedur penilaian. Dengan berbagai
bukti tentang hasil belajar peserta didik yang dapat dipertanggung jawabkan
kepada semua pihak.
e.
Bermakna
Evaluasi
diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak. Untuk itu
hendaknya evaluasi mudah dipahami dan dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak
yang berkepentingan. Hasil penilaian hendaknya mecerminkan gambaran yang utuh
tentang prestasi peserta didik dalam pencapaian
kompetensi yang telah ditetapkan.
f.
Adil dan
Objektif
Evaluasi harus
mempertimbangkan rasa keadilan bagi peserta didik dan objektifitas pendidik, tanpa
membedakan jenis kelamin, latar belakang etnis, budaya dan berbagai hal yang
memberikan kontribusi pada pembelajaran. Sebab ketidak adilan dalam penilaian
dapat menyebabkan menurunya motivasi belajar peserta didik kerena merasa
dianaktirikan.
g.
Terbuka
Evaluasi
hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai kalangan sehingga keputusan
tentang peserta didik jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan, tanpa adanya
rekayasa atau sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan semua pihak.
h.
Ihklas
Berupa
kebersihan niat atau hati pendidik, bahwa ia dalam melakukan evaluasi itu dalam
rangka efisiensi tercapainya tujuan pendidikan, dan bagi kepentingan peserta didik.
i.
Praktis
Praktis
berarti mudah dimengerti dan dilaksanakan dengan beberapa indikator yaitu: (1)
Hemat waktu, biaya dan tenaga, (2) mudah diadministrasikan, (3) mudah meskor
dan mengolahnya, dan (4) mudah diafsirkan.
j.
Dicatat dan
akurat
Hasil dari setiap
evaluasi peserta didik harus secara sistematis dan komprehensif dicatat dan
disimpan, sehingga sewaktu-waktu dapat dipergunakan.[6]
2.
Prinsip Khusus
a.
Adanya jenis
penilaian yang digunakan yang memungkinkan adanya kesempatan terbaik dan
maksimal bagi peserta didik menunjukan kemampuan hasil belajar mereka.
b.
Setiap guru
harus mampu melaksanakan prosedur penilaiannya, dan pencatatan secara tepat
prustasi dan keampuan serta hasil belajar yang dicapai peserta didik.
E. Jenis-jenis penilaian (Evaluasi)
Penialaian
ada bebarapa jenis yaitu:
1.
Penilaian
Formatif
Yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang
dicapai oleh peserta didik setelah menyelesaikan satuan meteri pokok pada suatu
bidang study tertentu:
a.
Fungsi
Untuk
memperbaiki proses pembelajaran kearah yang lebih baik dan efisien atau
memperbaiki satuan atau rencana pembelajaran.
b.
Tujuan
Untuk
mengetahui hingga dimana penguasaan peserta didik tentang meteri yang diajarkan
dalam satu rencana atau satuan pelajaran.
c.
Aspek-aspek
yang dinilai
Aspek-aspek
yang dinilai dalam penilaian normatif ialah, hasil kemajuan belajar peserta
didik yang meliputi; pengetahuan, keterampilan, sikap terhadap mereti ajar
agama yang disajikan.
2.
Penilaian
Sumatif
Yaitu penialain yang dilakukan terhadap hasil belajar
peserta didik yang telah selesai mengikuti pembelajaran dalam satu caturwulan
semester, atau akhir tahun.
a.
Fungsi
Untuk
mengetahui angka atau nilai murid setelah mengikuti program pembelajaran dalam
satu caturwulan atau semester.
b.
Tujuan
Untuk
mengetahui taraf hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah
melakukan program pembelajaran dalam satu caturwulan, semester, akhir tahun
atau akhir suatu program pembelajaran pada suatu unit pendidikan tertentu.
c.
Aspek-aspek
yang dinilai
Apsek-aspek
yang dinilai adalah kemajuan hasil belajar meliputi pengetahuan, keterampilan,
sikap dan penguasaan murid tentang materi pembelajaran yang diberika.
d.
Waktu
pelaksanaan
Penialain ini
dilaksanakan sebelum peserta didik mengikuti proses pembelajaran permulaan atau
peserta didik baru akan mengikuti pendiikan disuatau tingkat tertentu.
3.
Penilaian
Penempatan
Yaitu penilaian pribadi peserta didik untuk kepentingan
penempatan di dalam situasi belajar yang sesuai dengan kondisi peserta didik.
a.
Fungsi
Untuk
mengetahui keadaan peserta didik sepintas lalu termasuk keadaan seluruh
pribadinya.
b.
Tujuan
Untuk
menempatkan peserta didik pada tempatnya yang sebenarnya, berdasarkan bakat,
minat, kemempuan, kesanggupan, serta keadaan diri peserta didik sehingga peserta
didik tidak mengalami hambatan dalam mengikuti pembelajaran atau setiap program
bahan yang disajikan guru.
c.
Aspek-aspek yang dinilai
Aspek-aspek
yang dinilai meliputi keadaan fisik dan psycis, bakat, kemampuan, pengetahuan,
pengalaman, keterampilan, sikap dan aspek-aspek lain yang dianggap perlu
berbagi kepantingan kependidikan peserta didik selanjutnya.
d.
Waktu
pelaksanaan
Penialain
sebaiknya dilaksanakan sebelum peserta didik menduduki kelas tertentu sewaktu
penerimaan murid baru atau setelah naik kelas.
4.
Penilaian
Dianostik
Yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil
penganalisaan tentang keadaan belajar peserta didik baik merupakan kesulitan
atau hambatan yang ditemui dalam proses pembelajaran.
a.
Fungsi
Untuk
megetahui masalah-masalah yang diderita atau menggangu peserta didik, sehingga
peserta didik mengalami kesulitan, hambatan atau gangguan ketika mengikuti
program pembelajaran dalam suatu bidang study. Kesulitan peserta didik itu
diupayakan pemecahannya.
b.
Tujuan
Untuk membantu
kesulitan atau mengetahui hambatan yang dialami peserta didik waktu mengukuti
kegiatan pembelajaran pada suatu bidang study atau keseluruhan program
pembelajaran.
c.
Aspek-aspek
yang dinialai
Aspek-aspek
yang dinilai, termasuk hasil belajar yang diperoleh murid, latar belakang kehidupannya,
serta semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran.
d.
Waktu
pelaksanaan
Pelaksanaan
tes diagnostik ini, sesuai dengan pekerluan pembinaan dari seuatu lembaga
pemdidikan. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan para peserta didiknya.[7]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari keterangan di atas maka dapat kita simpulkan sebagai
berikut:
-
Secara etimologi Evaluasi berasal dari kata: Evaluation
akar katanya value yang berarti nilai atau harga. Nilai dalam bahasa
Arab disebut Al-Qimah atau Al-Taqdir. Dengan demikian secara
harfiah, evaluasi pendidikan al-taqdir al-tarbawi dapat diartikan
sebagai penilaian dengan (bidang) pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.
-
Secara Termenologi
Para ahli mendevinisikan evaluasi sebagai
berikut:
Menurut Edwind Wandt, evaluasi mengandung
pengertian: suatu tindakan atau proses dalam menentukan nilai sesuatu.
Menurut M. Chabib Thoha, evaluasi
merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan objek dengan menggunakan
instrument dan hasil dibidangkan dengan tolak ukur memperoleh kesimpulan.
-
Evaluasi dalam pendidikan Islam merupakan cara
atau teknik penilaian terhadap tingkah laku
manusia didik berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprehensif
dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental psikologis dan spiritual-relegius,
karena manusia yang hasil didikan Isalam
bukan hanya saja menjadi sosok pribadi yang tidak bersikap relegius,
melainkan juga berilmu dan berketerampilan yang sanggup dan berbakti kepada Tuhan
dan masyarakatnya.
B.
Saran
Dalam makalah
kami ini mungkin sangat banyak ditemukan kesalahan baik dalam penulisan atau
penyajian meteri, maka dari itu kami pemakalah sangat mengharapkan kritk dan
saran dari sahabat semua agar kedepannya kami bisa lebih baik lagi dalam
membikin tugas ilmiah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Prof. Dr. H. Ramayus Ilmu Pendidikan Islam, KALAM MULIA, Jakarta, 2002.
Ø Dra. Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Pustaka Setia, Bandung, 1991.
Ø Drs. Zainal
Arifin Evaluasi Pembelajaran, Prinsip, Teknik, Prosedur, Pt: Remaja
Rosdakarya, Bandung. 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar