Cari Blog Ini

Sabtu, 14 Februari 2015

Gunung halau-halau








Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji bagi Allah yang telah menjadikan bumi ini sebagai tempat bersujud kepada-Nya.
Sholawat dan salam selalu kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad S.A.W karena berkat beliaulah kita mendapat penerangan sebagai khalifah dimuka bumi, dan kepada sahabat, para pengikut beliau hingga akhir zaman.
Dalam dunia kepecintaan alam tidak asing lagi dengan yang namanya pendakian gunung, baik itu  tracking maupun hiking, setiap tahunnya di kalimantan selatan selalu diadakan kegiatan pendakian puncak tertinggi gunung halau-halau 1901 mdpl yang terletak di kabupaten Hulu Sungai Tengah, tepatnya disaat memperingati HUT RI 17 Agustus yang akrab disebut ekspedisi merah putih. Adapun  yang menjadi panitia pelaksana pada pendakian tahun ini KPA Tapak Barito yang berkesekretariatan di kota Marabahan kabupaten Batola.
Seperti  tahun-tahun lalunya  ORGANISASI X-PAS BORNEO kembali mengirimkan perwakilannya untuk mengikuti kegiatan ekpedisi merah putih tersebut kali ini diwakili oleh tiga orang dari angkatan simpai lang’am sembilan, sebut saja namanya M. Zainal ilmi yang dipercaya sebagai ketua team rombongan sedangakan dua rekannya  adalah M. Zainal Abidin dan Maidhar Rahim.  Awal keberangkatan pada hari rabu tanggal 14 agustus 2014, pukul 12.37 wita dari kota tercinta Martapura langsung diantar oleh sonior X-PAS BORNEO menggunakan mobil  yang sudah berumur namun tidak menyurutkan semangakat kami untuk mengikuti Technical Meeting dikota Marabahan, setelah melewati jalan yang terasa penat dan cukup melalahkan kami pun sampai dikota Marabahan tempat berlangsung kegiatan dimulai yakni dikantor ruang rapat bupati Batola, tepatnya pada pukul 15.34. wita. Sapaan angin sungai marabahan menghembuskan aroma semangat hingga tertanam kembali pupuk spirit dalam jiwa kami yang akan berangkat berpetualang kealam bebas mengikuti pendakian. Tidak lama kami bersantai ditepian sambil menikmati pemandangan alam yang diberikan tuhan tiba-tiba seruan dari panita untuk berkumpul kedalam ruanga TM yang telah  disediakan, kami pun bergegas menuju ruang rapat tersebut dengan penuh goncangan semangat, berbagai penjelasan dan aturan pendakian yang disampaikan oleh panita kami serap dan cerna sebagai modal untuk keselamatan dan kenyamanan sebagai peserta pendaki, banyak materi yang dibahas dan dimusyawarahkan baik peserta maupun panitia pelaksana hingga acara TM berakhir pada pukul 17.46 wita. Sebelum para sonior dan saudara kami kembali kemartapura mereka menyempatkan untuk makan bersama sebagai tanda perpisahan sekaligus hadiyah untuk terus semangat. Rasa haru dan senang ditambah banyaknya rasa lapar menggumpal menjadi campuran yang tidak bisa ditulis atau kami ukir lewat apa pun, yang ada saat itu suasana canda gurau diwarung makan pelabuhan.
Selesai makan  perpisahan pun menjadi momen paling berharga dan menakutkan, perpisahan itu pun terjadi begitu saja tanpa banyak keraguan kami harus benar-benar siap menjalankan tugas dan tanggung jawab membawa nama ORGANISASI X-PAS BORNEO ke puncak tertinggi  kalimantan selatan. Malam pun mulai menampakan sosok gelapnya maka kami bertiga memutuskan untuk berangkat kepenginapan yang sudah disediakan oleh panita, karena jadwal keberangkatan pendakian besok harinya.
Hiruk-pikuk dan kicauan angin liar menyelimuti malam tuli tanpa terdengar lagi suara desahan nafas manusia, rupanya malam itu sebagian peserta pendaki sangat memanfaatkan waktu istirahatnya sebaik mungkin walau tidak sedikit pula ada peserta yang sedang asyik berbincang dan sibuk berkenalan kepada sesama peserta lainnya. Sebagai mahhluk sosial kami pun ikut nimbrung ditengah kumpulan manusia asing yang belum kami kenal, dengan berbagai canda gurau ala has andalan kami berhasil memikat perhatian peserta lainnya untuk bisa diajak bergabung dalam gurauan yang terdengar konyol dan tidak masuk akal. Serangan kantuk yang membombardir mata kami tidak bisa lagi ter-indahkan, hamparan karpet tanpa bantal berhasil kami lumpuhkan untuk alas tidur malam itu.
Kebiasaan bangun pagi tanpa bantuan alaram memanggil kami untuk bangkit mempersiapkan pendakian, antrian mandi pun cukup ketat, dan akhirnya penulis memutuskan untuk surviv ala kota, hee yaitu mencari tempat mandi yang tidak ada antriannya, setelah kesana kemari mencari tempat mandi musholla pun menjadi keputusan bijak untuk bisa menyegarkan badan dan bathin untuk sholat subuh dimuholla tersebut, ringkas kisah pukul 8.00 kami berangkat menuju lapangan kantor bupati batola untuk mengikuti kegiatan upacara sekaligus pelepasan yang langsung dilakukan oleh Bupati Batola, kebetulan hari itu bertepatan peringatan HUT Kal-Sel yang ke-64 Tahun, suasana pun semakin ramai dan semakin membuat semangat baru berkembang subur dihati kami.
Setelah upacara dilakukan dengan di iringi pelepasan peserta pendakian merah putih semua peserta berfoto bareng dengan anggota penjabat setempat, sengatan matahari pun mulai menampakan kesangarannya hingga waktu jeda tiba kami menyempatkan untuk makan dulu diwarung yang ada dipelabuhan, sambil menunggu kapal jemputan kami juga disibukan dengan berkenalan dengan beberapa peserta lainnya yang begitu ramah. Panitia kali ini sangat luar biasa, karna jalur rute pendakian melewati sungai yang berlabuh dari kota marabahan menuju kota Nagara.
Tidak selang waktu lama kapal wisata yang berkapasitas 200 orang lebih sudah tiba merapat dipelabuhan Marabahan dan itu pertanda keberangkatan melewati jalur sungai akan segera dimulai, pada pukul 11.35 wita kapal yang kami tumpangi berlabuh dari pelabuhan menuju Nagara, sungguh sangat menyenangkan disepanjang jalur sungai dimanjakan oleh pemandangan yang tidak biasa, barisan rumah penduduk tampak seperti barisan tentara militer rapi yang siap menghalangi serangan ombak, belum lagi lambayan pohon rumbiya (bahasa daerah) yang disepanjang pesisir sungai senantiasa membuat kami tersenyum manis.
Suara sangar dari berisik mesin kapal yang kami tumpangi sepertinya kurang bersahabat ditelinga, hingga kebosanan  berhasil menodai keperewanan senyum kami,  gelisah dan rasa lapar ikut andil menjajah suasana waktu itu, kami pun mulai merasa jenuh tapi tidak tahu harus berbuat apa. Tanpa sadar sosok wanita dengan paras cantik ditambah cara berpakaian yang sederhana dengan balutan senyum malu berhasil mehipnotis pikiran penulis, senyum yang semula ternoda kini bisa kembali seperti semula bahkan membuat lebih indah lagi suasana hati penulis waktu itu, dua teman penulis tidak tahu kalau waktu itu aku sedang bertatap senyum dengan si wanita tersebut, sepertinya rahasia ini harus disimpan pribadi saja.
Perjalannan yang tadinya sudah mulai membosankan menjadi indah dan menyenangkan dengan tatapan dan senyum wanita itu, ada sedikit niat  hati untuk bisa berkenalan dengannya,  tapi keraguan menghantui dan menakut-nakuti tidak akan berhasil, akhirnya keputusan untuk disimpan hingga penulis merasa yakin berhasil. Sudah 5 jam lebih kami berada didalam kapal yang cukup berisik itu, penulis memutuskan untuk naik keatas atap kapal untuk bisa melihat langsung pemandangan perkampungan, kebetulan waktu itu kami sudah memasuki daerah Nagara, tidak disangka ternyata sosok pemilik senyum manis itu juga berada diatas, penulis pun semangat untuk menjalankan aksi nakalnya untuk berkenalan, dengan bermodalkan nyentik dan sedikit narsis langsung memberanikan diri untuk ikut foto bareng bersama si Dia dan teman-temannya, eh ternyata mereka semua menyambut hangat perteman itu. Yaa dengan penuh rasa gembira penulispun harus melancarkan aksi selanjutnya.
Dari kejauhan sudah nampak dermaga Nagara yang siap menyambut kapal kami untuk menepi disana, dan tepat pukul 17.32 kapal kami berlabuh dikota Nagara, ternyata perjalan ini masih panjang, karena kami baru mengikuti rute air, sekarang kami akan dihadapkan dengan yang namanya rute darat dengan menumpangi mobil truk. Yaah suasana duka hati pun tidak bisa lagi dipungkiri, mau tidak mau, siap tidak siap kami harus mau dan ikhlas, untung saja rata-rata dari kami sudah terbisasa dengan hal seperti itu, maklum saja, punulis sendiri dari kalangan orang biasa yang sudah sangat terbiasa dengan kedaaan seperti itu.
Sebelum  azan sholat Isya berkomandang kami pun melanjutkan rute keberangkatan yang masih jauh, asyik kali ini naik mobil truk yang sangat pengap dan bau, tapi ada satu seseorang yang membuat penulis bersemangat, ternyata si pemilik senyum itu satu truk dengan kami, suasana pun menjadi asyik tanpa terasa, yang namanya rezeki memang tidak kemana heee, pukul 00.23 kami sudah sampai didesa batu kambar, sebelum melanjutkan perjalanan kedesa kiyu kami menyempatkan makan dulu diwarung warga, perut pun sudah terasa jejal dan siap untuk berjalan kaki melanjutkan perjalanan kedesa kiyu yang direncanakan akan menginap dulu dibalai yang sudah disiapkan oleh panitia. Pendakian malam pun dimulai dengan bantuan senter dikepala kami dengan semangat perjuangan berhasil sampai desa kiyu pada pukul 01.02 wita, tidak ambil pusing sepertinya rasa penat sudah menggumpal kami pun langsung mengambil tempat peristirahatan didalam balai.
Subuh Jum’at tanggal 15 Agustus penulis memberanikan diri untuk mencicipi hidangan air sungai desa kiyu yang sangat dingin dengan menyelamkan diri kedasar sungai dangkal tersebut, seperti duduk didalam kulkas rasanya kalau mandi disubuh buta disana, pukul 8.00 kami pun memulai pendakian sesunggunya yaitu menuju sungai karuh  tentu setelah sarapan diwarung warga.
Dengan ayunan dan lambaian kaki yang masih kuat pendakian kami pun sudah dimulai, ini merupakan awal pendakian yang sesungguhnya, jalan dan bukit tinggi silih berganti, suara kicauan burung yang begitu merdu terdengar seperti sedang menertawakan perjalanan kami, huuuh kami pun sesekali menyempatkan untuk istirahat, dan sesekali menyempatkan untuk bercanda untuk membangun motivasi dan menambah semangat sesama kami. Tanpa terasa setelah melewati hutan rimbun dengan lahan bukit dan sungai ternyata kami sudah menghabiskan waktu berjalan lebih dari 3 jam, rasa letih dan lapar pun kembali datang tanpa rasa kasihan, dengan bantuan motivasi dari sesama anggota kayakinan kami pun berhasil menyampaikan kami ke sungai karuh, tepatnya pada pukul 12. 34 wita.  Betapa bahagia waktu itu disana sudah ada warung warga terpasang kokoh seperti gedung tanpa dinding, tanpa banyak fikir kami pun memesan makanan dan yang paling membahagiakan ternyata disitu para warga juga menjual es, sungguh kenikmatan dan kebahagian yang tak terlupakan. Bermodalkan isi perut yang sudah terisi kembali, kami pun mendirikan tenda sebagai tempat istirahat malam ini, hitung-hitung untuk memulihkan tenaga kami yang sudah terkuras habis.
Malam pun kembali datang dengan kekhasannya siap menyambut kami untuk beristirahat, tapi kami tidak akan melewatkan malam ini hanya untuk tidur dan makan saja, kali ini kami akan gunakan untuk bersilaturrahmi ketenda-tenda teman-teman peserta lainnya, dengan tujuan saling berkenal-kenalan, siapa tahu ada yang cocok dihati. Visi itu pun kami lakukan tanpa keraguan sedikit pun, pertambahan koutu teman menjadi semakiin padat waktu itu, tidak hanya laki-laki, perempuan pun kami ajak berkenalan dan saling tukar stiker organisasi masing-masing. Sudah merasa puas mengunjungi tenda-tenda peserta lainnya, kami pun kembali ketenda untuk melakukan rapat evaluasi, ini lah yang kami lakukan setelah dan sebelum pendakian untuk mengabil keputusan tentang teknis dan strategi pendakian besok harinya.
Kini pagi mulai nakal kepada kami tanpa kompromi waktu, pagi pun memberikan sapaan sangar yang membuat tidur kami terusik, bukannya kami marah atau benci dengan pagi, bahkan kami bersyukur pagi begitu perhatian kepada kami, kesetiaannya membangunkan kami untuk berangkat lebih awal pada hari sabtu tanggal 16 Agustus, sesuai kesepakatan rapat evaluasi tadi malam kami akan berangkat dari sungai karuh pada pukul 07.30. kesepakatan itu pun kami lakukan tanpa menghianati kesepakatan rapat. Kali ini jalur pendakian yang sangat terjal, bukitnya begitu sangar, tinggi dan tanpa ada tawaran untuk turun, jika pun ada itu hanya bonus saja.
Hujan keringat bercampur pacuan jantung terdengar sudah tidak normal lagi membuat stamina kami mulai berkurang, sedangakan perjalanan masih amat jauh dan sangaaat jauh sekali,  hal seperti ini harus bisa kami taklukan, kami malu jika sebagai organisasi pecinta alam harus kalah dengan keadaan seperti ini, kami harus menunjukan bahwa kami bertiga kuat dan bisa mengibarkan bendera X-PAS BORNEO di puncak tertinggi kalimantan selatan pada tanggal 17 Agustus besok.
Kekosongan air dan dahaga membuat kami seolah berada ditengah hampaaran gurun yang sejuk dan  rimbun, hanya semangat dan keyakinan yang tersisa, beruntung saja waktu itu masih ada tempat untuk mengisi air dan ini merupakan tempat dimana kita bisa mengisi air terakhir kalinya karena diatas sana sudah tidak ada lagi sumber air yang bisa memanjakan tenggorakan kala dahaga datang.
Pada pukul 15.45 kami berhasil sampai di Penyaungan yang sudah dipadati oleh tenda-tenda peserta pendaki dan panitia, terpaksa kami harus mencari tempat lapang dan landai untuk mendirikan tenda, awalnya kami berencana langsung menuju puncak yang jaraknya tinggal sedikit lagi, tapi salah satu dari anggota kami sudah merasa tidak kuat lagi untuk melanjutkan pendakian keatas terpaksa kami harus menginap di penyaungan.
Suhu di penyaungan cukup lihai memainkan getaran tangan, kaki dan gigi kami, ditambah awan  lewat tanpa pormisi membuat getaran sampai ketulang sendi, sungguh pengalaman hebat buat kami bertiga. Menjelang fajar disubuh tanggal 17 Agustus 2014 tepat pukul 04.57 kami bertiga ditemani  pecinta alam lainnya memulai pendakian terakhir, tanpa beban carrier cukup baermodal setengah liter air, Alhamdulillah dengan rahmat Allah pada pukul 05.25  kami bertiga berhasil mengibarkan Bendera ORGANISASI X-PAS BORNEO di puncak tertinggi Kalimantam Selatan Gunung Halau-halau 1901 mdpl.












Pulau Sembilan Kota baru

perjalanan yang sangat melelahkan, namun terbayar dengan pesona alam dari laut hingga hamparan pegunungan yang masih asri, unik nya banyaknya pulau-pulau yang masih perawan di daerah sini, semoga saja kelak tidak ada tangan-tangan jahil yang mengarok kekayaan bumi saijaan ini.