Alhamdulillahirabbil’alamin
segala puji bagi Allah yang telah menjadikan bumi ini sebagai tempat bersujud
kepada-Nya.
Sholawat dan salam selalu kita
panjatkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad S.A.W karena berkat
beliaulah kita mendapat penerangan sebagai khalifah dimuka bumi, dan kepada
sahabat, para pengikut beliau hingga akhir zaman.
Dalam dunia kepecintaan alam
tidak asing lagi dengan yang namanya pendakian gunung, baik itu tracking maupun hiking, setiap
tahunnya di kalimantan selatan selalu diadakan kegiatan pendakian puncak
tertinggi gunung halau-halau 1901 mdpl yang terletak di kabupaten Hulu Sungai
Tengah, tepatnya disaat memperingati HUT RI 17 Agustus yang akrab disebut
ekspedisi merah putih. Adapun yang
menjadi panitia pelaksana pada pendakian tahun ini KPA Tapak Barito yang
berkesekretariatan di kota Marabahan kabupaten Batola.
Seperti tahun-tahun lalunya ORGANISASI X-PAS BORNEO kembali mengirimkan
perwakilannya untuk mengikuti kegiatan ekpedisi merah putih tersebut kali ini diwakili
oleh tiga orang dari angkatan simpai lang’am sembilan, sebut saja namanya M.
Zainal ilmi yang dipercaya sebagai ketua team rombongan sedangakan dua
rekannya adalah M. Zainal Abidin dan
Maidhar Rahim. Awal keberangkatan pada hari
rabu tanggal 14 agustus 2014, pukul 12.37 wita dari kota tercinta Martapura
langsung diantar oleh sonior X-PAS BORNEO menggunakan mobil yang sudah berumur namun tidak menyurutkan
semangakat kami untuk mengikuti Technical Meeting dikota Marabahan,
setelah melewati jalan yang terasa penat dan cukup melalahkan kami pun sampai
dikota Marabahan tempat berlangsung kegiatan dimulai yakni dikantor ruang rapat
bupati Batola, tepatnya pada pukul 15.34. wita. Sapaan angin sungai marabahan
menghembuskan aroma semangat hingga tertanam kembali pupuk spirit dalam jiwa
kami yang akan berangkat berpetualang kealam bebas mengikuti pendakian. Tidak
lama kami bersantai ditepian sambil menikmati pemandangan alam yang diberikan
tuhan tiba-tiba seruan dari panita untuk berkumpul kedalam ruanga TM yang
telah disediakan, kami pun bergegas
menuju ruang rapat tersebut dengan penuh goncangan semangat, berbagai
penjelasan dan aturan pendakian yang disampaikan oleh panita kami serap dan
cerna sebagai modal untuk keselamatan dan kenyamanan sebagai peserta pendaki,
banyak materi yang dibahas dan dimusyawarahkan baik peserta maupun panitia
pelaksana hingga acara TM berakhir pada pukul 17.46 wita. Sebelum para sonior
dan saudara kami kembali kemartapura mereka menyempatkan untuk makan bersama
sebagai tanda perpisahan sekaligus hadiyah untuk terus semangat. Rasa haru dan
senang ditambah banyaknya rasa lapar menggumpal menjadi campuran yang tidak
bisa ditulis atau kami ukir lewat apa pun, yang ada saat itu suasana canda
gurau diwarung makan pelabuhan.
Selesai makan perpisahan pun menjadi momen paling berharga
dan menakutkan, perpisahan itu pun terjadi begitu saja tanpa banyak keraguan
kami harus benar-benar siap menjalankan tugas dan tanggung jawab membawa nama
ORGANISASI X-PAS BORNEO ke puncak tertinggi
kalimantan selatan. Malam pun mulai menampakan sosok gelapnya maka kami
bertiga memutuskan untuk berangkat kepenginapan yang sudah disediakan oleh
panita, karena jadwal keberangkatan pendakian besok harinya.
Hiruk-pikuk dan kicauan angin
liar menyelimuti malam tuli tanpa terdengar lagi suara desahan nafas manusia,
rupanya malam itu sebagian peserta pendaki sangat memanfaatkan waktu
istirahatnya sebaik mungkin walau tidak sedikit pula ada peserta yang sedang
asyik berbincang dan sibuk berkenalan kepada sesama peserta lainnya. Sebagai
mahhluk sosial kami pun ikut nimbrung ditengah kumpulan manusia asing yang belum
kami kenal, dengan berbagai canda gurau ala has andalan kami berhasil memikat
perhatian peserta lainnya untuk bisa diajak bergabung dalam gurauan yang
terdengar konyol dan tidak masuk akal. Serangan kantuk yang membombardir mata
kami tidak bisa lagi ter-indahkan, hamparan karpet tanpa bantal berhasil kami
lumpuhkan untuk alas tidur malam itu.
Kebiasaan bangun pagi tanpa
bantuan alaram memanggil kami untuk bangkit mempersiapkan pendakian, antrian
mandi pun cukup ketat, dan akhirnya penulis memutuskan untuk surviv ala kota,
hee yaitu mencari tempat mandi yang tidak ada antriannya, setelah kesana kemari
mencari tempat mandi musholla pun menjadi keputusan bijak untuk bisa
menyegarkan badan dan bathin untuk sholat subuh dimuholla tersebut, ringkas
kisah pukul 8.00 kami berangkat menuju lapangan kantor bupati batola untuk
mengikuti kegiatan upacara sekaligus pelepasan yang langsung dilakukan oleh
Bupati Batola, kebetulan hari itu bertepatan peringatan HUT Kal-Sel yang ke-64
Tahun, suasana pun semakin ramai dan semakin membuat semangat baru berkembang
subur dihati kami.
Setelah upacara dilakukan
dengan di iringi pelepasan peserta pendakian merah putih semua peserta berfoto
bareng dengan anggota penjabat setempat, sengatan matahari pun mulai menampakan
kesangarannya hingga waktu jeda tiba kami menyempatkan untuk makan dulu diwarung
yang ada dipelabuhan, sambil menunggu kapal jemputan kami juga disibukan dengan
berkenalan dengan beberapa peserta lainnya yang begitu ramah. Panitia kali ini
sangat luar biasa, karna jalur rute pendakian melewati sungai yang berlabuh
dari kota marabahan menuju kota Nagara.
Tidak selang waktu lama kapal
wisata yang berkapasitas 200 orang lebih sudah tiba merapat dipelabuhan
Marabahan dan itu pertanda keberangkatan melewati jalur sungai akan segera
dimulai, pada pukul 11.35 wita kapal yang kami tumpangi berlabuh dari pelabuhan
menuju Nagara, sungguh sangat menyenangkan disepanjang jalur sungai dimanjakan
oleh pemandangan yang tidak biasa, barisan rumah penduduk tampak seperti
barisan tentara militer rapi yang siap menghalangi serangan ombak, belum lagi
lambayan pohon rumbiya (bahasa daerah) yang disepanjang pesisir sungai
senantiasa membuat kami tersenyum manis.
Suara sangar dari berisik
mesin kapal yang kami tumpangi sepertinya kurang bersahabat ditelinga, hingga
kebosanan berhasil menodai keperewanan
senyum kami, gelisah dan rasa lapar ikut
andil menjajah suasana waktu itu, kami pun mulai merasa jenuh tapi tidak tahu
harus berbuat apa. Tanpa sadar sosok wanita dengan paras cantik ditambah cara
berpakaian yang sederhana dengan balutan senyum malu berhasil mehipnotis pikiran
penulis, senyum yang semula ternoda kini bisa kembali seperti semula bahkan
membuat lebih indah lagi suasana hati penulis waktu itu, dua teman penulis tidak
tahu kalau waktu itu aku sedang bertatap senyum dengan si wanita tersebut,
sepertinya rahasia ini harus disimpan pribadi saja.
Perjalannan yang tadinya sudah
mulai membosankan menjadi indah dan menyenangkan dengan tatapan dan senyum
wanita itu, ada sedikit niat hati untuk
bisa berkenalan dengannya, tapi keraguan
menghantui dan menakut-nakuti tidak akan berhasil, akhirnya keputusan untuk
disimpan hingga penulis merasa yakin berhasil. Sudah 5 jam lebih kami berada
didalam kapal yang cukup berisik itu, penulis memutuskan untuk naik keatas atap
kapal untuk bisa melihat langsung pemandangan perkampungan, kebetulan waktu itu
kami sudah memasuki daerah Nagara, tidak disangka ternyata sosok pemilik senyum
manis itu juga berada diatas, penulis pun semangat untuk menjalankan aksi
nakalnya untuk berkenalan, dengan bermodalkan nyentik dan sedikit narsis
langsung memberanikan diri untuk ikut foto bareng bersama si Dia dan
teman-temannya, eh ternyata mereka semua menyambut hangat perteman itu. Yaa
dengan penuh rasa gembira penulispun harus melancarkan aksi selanjutnya.
Dari kejauhan sudah nampak
dermaga Nagara yang siap menyambut kapal kami untuk menepi disana, dan tepat
pukul 17.32 kapal kami berlabuh dikota Nagara, ternyata perjalan ini masih
panjang, karena kami baru mengikuti rute air, sekarang kami akan dihadapkan
dengan yang namanya rute darat dengan menumpangi mobil truk. Yaah suasana duka
hati pun tidak bisa lagi dipungkiri, mau tidak mau, siap tidak siap kami harus
mau dan ikhlas, untung saja rata-rata dari kami sudah terbisasa dengan hal
seperti itu, maklum saja, punulis sendiri dari kalangan orang biasa yang sudah
sangat terbiasa dengan kedaaan seperti itu.
Sebelum azan sholat Isya berkomandang kami pun
melanjutkan rute keberangkatan yang masih jauh, asyik kali ini naik mobil truk
yang sangat pengap dan bau, tapi ada satu seseorang yang membuat penulis
bersemangat, ternyata si pemilik senyum itu satu truk dengan kami, suasana pun
menjadi asyik tanpa terasa, yang namanya rezeki memang tidak kemana heee, pukul
00.23 kami sudah sampai didesa batu kambar, sebelum melanjutkan perjalanan
kedesa kiyu kami menyempatkan makan dulu diwarung warga, perut pun sudah terasa
jejal dan siap untuk berjalan kaki melanjutkan perjalanan kedesa kiyu yang
direncanakan akan menginap dulu dibalai yang sudah disiapkan oleh panitia. Pendakian
malam pun dimulai dengan bantuan senter dikepala kami dengan semangat
perjuangan berhasil sampai desa kiyu pada pukul 01.02 wita, tidak ambil pusing
sepertinya rasa penat sudah menggumpal kami pun langsung mengambil tempat
peristirahatan didalam balai.
Subuh Jum’at tanggal 15
Agustus penulis memberanikan diri untuk mencicipi hidangan air sungai desa kiyu
yang sangat dingin dengan menyelamkan diri kedasar sungai dangkal tersebut,
seperti duduk didalam kulkas rasanya kalau mandi disubuh buta disana, pukul
8.00 kami pun memulai pendakian sesunggunya yaitu menuju sungai karuh tentu setelah sarapan diwarung warga.
Dengan ayunan dan lambaian
kaki yang masih kuat pendakian kami pun sudah dimulai, ini merupakan awal
pendakian yang sesungguhnya, jalan dan bukit tinggi silih berganti, suara
kicauan burung yang begitu merdu terdengar seperti sedang menertawakan
perjalanan kami, huuuh kami pun sesekali menyempatkan untuk istirahat, dan
sesekali menyempatkan untuk bercanda untuk membangun motivasi dan menambah
semangat sesama kami. Tanpa terasa setelah melewati hutan rimbun dengan lahan
bukit dan sungai ternyata kami sudah menghabiskan waktu berjalan lebih dari 3
jam, rasa letih dan lapar pun kembali datang tanpa rasa kasihan, dengan bantuan
motivasi dari sesama anggota kayakinan kami pun berhasil menyampaikan kami ke
sungai karuh, tepatnya pada pukul 12. 34 wita.
Betapa bahagia waktu itu disana sudah ada warung warga terpasang kokoh
seperti gedung tanpa dinding, tanpa banyak fikir kami pun memesan makanan dan
yang paling membahagiakan ternyata disitu para warga juga menjual es, sungguh
kenikmatan dan kebahagian yang tak terlupakan. Bermodalkan isi perut yang sudah
terisi kembali, kami pun mendirikan tenda sebagai tempat istirahat malam ini, hitung-hitung
untuk memulihkan tenaga kami yang sudah terkuras habis.
Malam pun kembali datang
dengan kekhasannya siap menyambut kami untuk beristirahat, tapi kami tidak akan
melewatkan malam ini hanya untuk tidur dan makan saja, kali ini kami akan
gunakan untuk bersilaturrahmi ketenda-tenda teman-teman peserta lainnya, dengan
tujuan saling berkenal-kenalan, siapa tahu ada yang cocok dihati. Visi itu pun
kami lakukan tanpa keraguan sedikit pun, pertambahan koutu teman menjadi
semakiin padat waktu itu, tidak hanya laki-laki, perempuan pun kami ajak berkenalan
dan saling tukar stiker organisasi masing-masing. Sudah merasa puas mengunjungi
tenda-tenda peserta lainnya, kami pun kembali ketenda untuk melakukan rapat
evaluasi, ini lah yang kami lakukan setelah dan sebelum pendakian untuk
mengabil keputusan tentang teknis dan strategi pendakian besok harinya.
Kini pagi mulai nakal kepada
kami tanpa kompromi waktu, pagi pun memberikan sapaan sangar yang membuat tidur
kami terusik, bukannya kami marah atau benci dengan pagi, bahkan kami bersyukur
pagi begitu perhatian kepada kami, kesetiaannya membangunkan kami untuk
berangkat lebih awal pada hari sabtu tanggal 16 Agustus, sesuai kesepakatan
rapat evaluasi tadi malam kami akan berangkat dari sungai karuh pada pukul 07.30.
kesepakatan itu pun kami lakukan tanpa menghianati kesepakatan rapat. Kali ini
jalur pendakian yang sangat terjal, bukitnya begitu sangar, tinggi dan tanpa
ada tawaran untuk turun, jika pun ada itu hanya bonus saja.
Hujan keringat bercampur
pacuan jantung terdengar sudah tidak normal lagi membuat stamina kami mulai
berkurang, sedangakan perjalanan masih amat jauh dan sangaaat jauh sekali, hal seperti ini harus bisa kami taklukan,
kami malu jika sebagai organisasi pecinta alam harus kalah dengan keadaan
seperti ini, kami harus menunjukan bahwa kami bertiga kuat dan bisa mengibarkan
bendera X-PAS BORNEO di puncak tertinggi kalimantan selatan pada tanggal 17
Agustus besok.
Kekosongan air dan dahaga
membuat kami seolah berada ditengah hampaaran gurun yang sejuk dan rimbun, hanya semangat dan keyakinan yang
tersisa, beruntung saja waktu itu masih ada tempat untuk mengisi air dan ini
merupakan tempat dimana kita bisa mengisi air terakhir kalinya karena diatas
sana sudah tidak ada lagi sumber air yang bisa memanjakan tenggorakan kala
dahaga datang.
Pada pukul 15.45 kami berhasil
sampai di Penyaungan yang sudah dipadati oleh tenda-tenda peserta pendaki dan
panitia, terpaksa kami harus mencari tempat lapang dan landai untuk mendirikan
tenda, awalnya kami berencana langsung menuju puncak yang jaraknya tinggal
sedikit lagi, tapi salah satu dari anggota kami sudah merasa tidak kuat lagi
untuk melanjutkan pendakian keatas terpaksa kami harus menginap di penyaungan.
Suhu di penyaungan cukup lihai
memainkan getaran tangan, kaki dan gigi kami, ditambah awan lewat tanpa pormisi membuat getaran sampai
ketulang sendi, sungguh pengalaman hebat buat kami bertiga. Menjelang fajar
disubuh tanggal 17 Agustus 2014 tepat pukul 04.57 kami bertiga ditemani pecinta alam lainnya memulai pendakian
terakhir, tanpa beban carrier cukup baermodal setengah liter air, Alhamdulillah
dengan rahmat Allah pada pukul 05.25 kami
bertiga berhasil mengibarkan Bendera ORGANISASI X-PAS BORNEO di puncak
tertinggi Kalimantam Selatan Gunung Halau-halau 1901 mdpl.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar